Filosofi Kecoa

Kecoa hampir dapat di jumpai di mana pun, misalnya selokan, kamar mandi, dapur, dan bahkan kadang terbang bebas di kamar tidur. Umumnya kecoa hidup di tempat kotor, susah dijangkau, dan tersembunyi. Bagi banyak manusia, kecoa merupakan hewan menjijikan, tak sedikit pula manusia yang memiliki ketakutan berlebih, phobia terhadap hewan ini.

Deskripsi di atas kebanyakan bertendensi negatif sehingga memperparah eksistensi kecoa sebagai hewan menjijikan dimata manusia. Namun, tanpa mengesampingkan kecoa sebagai hewan menjijikan, kita kemungkinan besar pernah melihat kecoa dalam posisi terbalik karena sesuatu hal, kecoa tersebut pasti akan berusaha dengan keras membalikan tubuhnya ke posisi normal.
kecoa, filosofi, filosofi kecoa, kapaysyi, filsafat, filsafat kecoa
Sumber: jimmckenzie.net

Pada kenyataannya, kecoa pada posisi apa pun, memiliki nasib yang tragis karena memiliki banyak sekali musuh yang jelas tidak sebanding dengan kekuatan hewan ini. Dalam perburuannya untuk keberlangsungan hidup, kecoa memiliki banyak pemangsa yang tak segan menghabisi dirinya. Manusia merupakan pemangsa terkuat untuk melenyapkan hewan kecil merayap ini. Manusia dengan segala upayanya, karena saking jijik dan 'benci', langsung membunuhnya ketika menjumpai dimana pun, dan yang lebih tragis, membasminya secara masal menggunakan racun serangga atau menginjaknya hingga hancur.

Pada titik ini, manusia jelas sekali menganggap kecoa sebagai hama yang tidak seharusnya ada, meskipun kecoa tidak pernah memiliki niat mengganggu kehidupan manusia, mereka menjalani hidup sewajarnya - hal ini belum saya verifikasi keabsahannya, karena keterbatasan kemampuan komunikasi saya dengan kecoa tentunya.

Kalau lah boleh kecoa saya filsafati, agak berlebihan memang dan janggal rasanya jika saya katakan filosofi kecoa, namun berarti dalam hal ini saya - bukan bermaksud mengatakan manusia sebagai kecoa atau memfitnah kecoa sebagai pemangsa yang sadis, beranggapan kecoa sebagai cerminan yang layak direnungkan manusia tentang perjuangannya pada posisi terjungkal untuk bangkit kembali dan merayap seperti biasanya. Mungkin, tanpa kenal 'lelah' kecoa berusaha membenarkan kembali posisi yang salah pada dirinya, bahkan akan terus berusaha menggapai setiap apa yang didapatinya, sekecil apa pun kesempatan itu untuk menjadi normal hingga benar-benar ia tak berdaya.

Perjuangan selalu berhubungan erat pada setiap rencana untuk maju dan sukses, begitu pun manusia, apa pun yang kita lakukan, baik atau buruk, sengaja atau tidak, disadari atau tidak, semua mengandung resiko, rintangan, dan hambatan, dan tidak pernah dengan benar-benar semua orang menyukai pada apa yang kita lakukan. Segelintir orang tersebut dengan upayanya menghalangi dan tak sedikit pula berniat menghancurkan kita hingga berkeping, hingga hal ini menjadi pendamping setia manusia mana pun dalam kehidupan.

Boleh saja kita putus asa, dibenci, depresi, dan boleh saja kita terhempas dari lingkungan dengan keras dalam setiap upaya yang kita lakukan, tetapi bukan berarti hal tersebut membuat kita diam. Seumpama kecoa yang terjungkal tadi, berusaha dengan keras, bangkit untuk melangsungkan hidupnya, saya kira disini kita dapat mengambil hal positif yang bermakna tentang perjuangan hidup. Kecoa yang bahkan sanggup hidup tanpa kepala, dan mati bukan karena kehilangan kepalanya tapi karena kelaparan. Apalagi manusia sebagai mahluk paling sempurna diantara deretan mahluk lainnya tentu dengan bijaksana dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Karena jika kita hanya berdiam diri dan tak berjuang, sudah sepatutnya lah kita merasa malu pada kecoa yang selama ini kita anggap mahluk yang menjijikan dan kerap kita binasakan tersebut.
Suka artikel ini ?

About Kapaysyi: Admin Blog